watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PRAMUGARI MALANG

Malam telah larut dimana jarum jam
menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi
menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak
beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta
Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya
agak jauh dari keramaian sehingga menjadi
tempat favorit bagi siapa saja yang
menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-
kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai
30 kamar itu terasa sepi karena memang baru
saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa
kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
suasananya dikala siang atau malam cukup
lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras,
akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah
satu kamar dikost-kostan itu.
Seiring dengan turunnya air hujan, air mata
Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu
mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam
kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan
takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa
menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya
diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk
kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah
tugas penerbangan. Kedua tangannya langsung
diikat kebelakang dengan seutas tali, mulutnya
disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya
dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat
tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta
pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi
kendaraan antar jemput yang tadi
mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi
meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya
sesama karyawan.
Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari
pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru
menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut,
postur tubuhnya tinggi dan langsing
proporsional. Dengan dianugerahi penampilan
yang cantik ini sangat memudahkan baginya
untuk diterima bekerja sebagai seorang
pramugari. Demikian pula dengan karirnya
dalam waktu yang singkat karena kecantikannya
itulah dia telah menjadi sosok primadona di
perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki yang
berusaha merebut hatinya, baik itu sesama
karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-
kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin
berkarir maka dengan secara halus maksud-
maksud dari para lelaki itu ditolaknya.
Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas
sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari
orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda
terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan
seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk
dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka
telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul
adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang
menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul
bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan
baik karena kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya bekerja
atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia
adalah seorang tukang batu yang bekerja
dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang
berusia setengah abad lebih dan melebihi usia
ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala
cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah
dia bukan seseorang yang terdidik. Segala
tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung
kasar, karena memang dia hidup dilingkungan
orang-orang yang bertabiat kasar.
“Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya
kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak
perjumpaannya pertama dengan Dinda
beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh
hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan
bidadari yang turun dari khayangan sehingga
selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat
untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4.
Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya
untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya
sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan,
berusia 51 tahun, lusuh dan miskin
menghanyutkan impiannya untuk dapat
mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang
sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur
sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata
Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa
benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun
berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi
benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda
tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur
menghantui dirinya selama ini. Akhirnya
dipilihlah sebuah jalan pintas untuk
melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya
tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati
tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun membulatkan
hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda
sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama
ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya.
Kini sang bidadari itu telah tergeletak
dihadapannya, air matanyapun telah membasahi
wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku,
cewek *******…..!”, hardiknya seraya
memegang kepala Dinda dan menghadapkan
kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang
tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya,
mata Dinda pun melotot ketika menyadari
bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul
seseorang yang dibencinya. Hatinyapun
langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang
berada dihadapannya tertawa penuh dengan
kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi
pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung
mengucur deras membasahi tubuh Dinda,
wajahnya nampak tersirat rasa takut yang
dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang
bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah
dia menyadari betul akan ketidak berdayaan
dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya,
akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati
terhadap Paul.
Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan
baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya
telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah
abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai
buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang
atletis, badannya hitam legam dan kekar,
beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang
bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut
Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya.
Tangan kanannya memegang batang
kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan
diarahkannya kewajah Dinda. Melihat ini Dinda
berusaha memalingkan wajahnya, namun
tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat
kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis
menghadap ke batang kemaluannya.. Dan
setelah itu dioles-oleskannya batang
kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh
yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan
matanya dengan erat karena merasa ngeri dan
jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala
tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman
erat oleh tangan Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal
gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus
mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah
Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian
mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang
kemaluannya itu Paul tengah menikmati
kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik !….sekarang
sudah kenal kan dengan ****** gue ini, seberapa
mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang
kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong
tubuh Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek
tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya.
Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu
berwarna biru ditutup oleh blazer yang
berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang
berwarna biru seolah semakin membangkitkan
birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap
hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat.
Rambutnya yang panjang sebahu masih
digelung sementara itu topi pramugarinya telah
tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda
ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa
perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa
membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh
Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya
yang terikat kebelakang menempel dipunggung
sementara dada dan wajahnya menyentuh
kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini
mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan
olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali
tangannya menyabet bagian itu bagai seorang
ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang
nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-
usap dan memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara
tangisannya terus terdengar. Tangisnya
terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-
lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik
terus kebagian paha dan akhirnya menyusup
masuk kedalam roknya hingga menyentuh
kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup
masuk kecelana dalamnya dan langsung
menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini
membuat badan Dinda agak menggeliat, dia
mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah
Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan
Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit
badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul
masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan
Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti
cacing kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya
itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan
tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang
kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda
menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-
melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan
yang teredam oleh kain yang menyumpal
mulutnya itu
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah
beberapa menit lamanya, kemaluan Dindapun
menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul
kemudian mencabut jarinya.
Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan
keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan
celana dalamnya yang berwarna putih itu
ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini
telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda
yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh
mengitari lobang kemaluannya yang telah
membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki
Dinda hingga mengangkang setelah itu
ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke
bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang,
tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun
telah basah oleh keringat yang deras membanjiri
tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan penetrasi
ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”,
Dinda menjerit dengan tubuhnya yang
mengejang ketika Paul mulai menanamkan
batang kemaluannya didalam lobang kemaluan
Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit
dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat
sementara Paul terus berusaha menancapkan
seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit
selain Dinda masih perawan, usianyapun masih
tergolong muda sehingga kemaluannya masih
sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat
tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh
batang kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu
karena dia menangis merasakan sakit dan pedih
tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun
menyadari bahwa malam itu keperawanannya
akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau
sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan
perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda.
Hujanpun semakin deras, suara guntur
membahana memiawakkan telinga. Karena ingin
mendengar suara rintihan gadis yang telah
ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak
tadi menyumpal mulut Dinda.
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp
uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang
megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia
malahan langsung menggenjot tubuhnya
memopakan batang kemaluannya keluar masuk
lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”,
Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot
oleh Paul, badannyapun semakin menggeliat-
geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang
menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu
Paul, karena dengan begitu otot-otot dinding
vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut
batang kemaluan Paul yang tertanam
didalamnya, karenanya Paul merasa semakin
nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat,
masih dengan sekuat tenaga Paul terus
menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak
semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul
menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya
seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini
melemah, matanya mulai setengah tertutup dan
hanya bagian putihnya saja yang terlihat,
sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan
alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…
oouuhhhh…”. Dan akhirnya Paulpun berejakulasi
di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya
menyemburkan cairan kental yang luar biasa
banyaknya memenuhi rahim Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul
melolong panjang bak srigala, tubuhnya
mengeras dengan kepala menengadah keatas.
Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa
puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah
mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam
menaklukan Dinda, puas dalam merobek
keperawanan Dinda dan puas dalam memberi
pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda
menyambutnya dengan mata yang secara tiba-
tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya
telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-
cairan hangat yang menyembur membanjiri
vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur
darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai
sampai meluber keluar membasahi paha dan
sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua,
mulai menangis namun kini tubuhnya sudah
lemah sekali.
Dengan mendesah puas Paul merebahkan
tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh
itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul
nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari
isak tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih
tubuh Paul. Setelah beberapa menit membiarkan
batang kemaluannya tertanam dilobang
kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya seraya
bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut
mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang
terlentang, kemaluannya yang nampak sudah
melemas itu kembali sedikit- demi sedikit
menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala
sudah benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda.
Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul.
Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul
yang telah menegang itu berkedudukan persis
dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat
menjerit, Paul sudah mencekoki mulutnya
dengan batang kemaluannya. Walau Dinda
berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil
menanamkan penisnya itu kemulut Dinda.
Nampak Dinda seperti akan muntah, karena
mulutnya merasakan batang kemaluan Paul
yang masih basah oleh cairan sperma itu.
Setelah itu Paul kembali memopakan batang
kemaluannya didalam rongga mulut Dinda,
wajah Dinda memerah jadinya, matanya
melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan
muntah. Namun Paul dengan santainya terus
memompakan keluar masuk didalam mulut
Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-
mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata
Paul merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya.
Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya
dibatang kemaluannya. Dan akhirnya,
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..”, Paul
mendesah panjang ketika kembali batang
kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut
Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda
menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan
oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup
memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber
membasahi pipinya. Setelah memuntahkan
spermanya Paul mencabut batang kemaluannya
dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung
muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak
berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu
namun sebagian besar sperma Paul tadi telah
mengalir masuk ketenggorokannya.
Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan
tetapi kecantikannya masih terlihat, karena
memang kecantikan dirinya adalah kecantikan
yang alami sehingga dalam kondisi apapun
selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil
menyadarkan tubuhnya didinding kasur,
Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih
terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk
beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali
tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda
meringkuk dikasur sambil terisak-isak.
Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda
telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai
Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek
isi laci lemari Dinda yang terletak disamping
tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi
milik Dinda, nampak wajah-wajah cantik Dinda
menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun
dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak
cantik juga dengan baju muslimnya lengkap
dengan ****** ketika foto bersama keluarganya
saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu
Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek lemah
dihadapannya, setengah badannya telanjang,
kemaluannya nampak membengkak. Selain itu,
ditemukan pula beberapa lembar uang yang
berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas
didalam laci itu, dengan tersenyum Paul
memasukkan itu semua kedalam kantung celana
lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”,
batinnya.
Setelah setengah jam lamanya Paul
bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh
Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang
dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu
dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam
pramugari Dinda satu persatu. Singkatnya kini
tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun
yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi
digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga
menambah keindahan menghiasi punggung
Dinda. Sejenak Paul mengagumi keindahan
tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya
ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar,
kemaluannya yang walau nampak bengkak
namun masih terlihat indah menghias
selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak
penuh dengan kepasrahan, badannya kembali
tergetar menantikan akan apa-apa yang akan
terjadi terhadap dirinya.
Sementara itu hujan diluar masih turun dengan
derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam
kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin
itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi
Paul. Setelah hampir sejam lamanya memberi
istirahat kepada batang kemaluannya kini batang
kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya
tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn
bangg…udah dong….Dinda minta ampunn
bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas
memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya
tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai
meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh
telanjang Dinda itu hingga dalam posisi
tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga
ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda
menyentuh lantai sementara dadanya masih
menempel kasur dipinggiran tempat tidur,
Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi
menghadap punggung Dinda. Setelah itu
kembali direntangkannya kedua kaki Dinda
selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”,
Dinda melolong panjang, badannya mengejang
dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul
menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang anus Dinda.
Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak susah payah
kembali Paul berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda.
Setelah itu tubuh Dindapun kembali disodok-
sodok, kedua tangan Paul meraih payudara
Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam
lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang
lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata
merem-melek serta tubuh tersodok- sodok
Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan
Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan
klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya
batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan
dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya
terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada
diatas tubuh Dinda menghujamkan batang
kemaluannya kembali didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul
menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak
lama setelah Paul memompakan kemaluannya
didalam liang vagina Dinda
“CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali
penis Paul memuntahkan sperma membasahi
rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh tak
sadarkan diri.
Fajar telah menjelang, Paul nampak
meninggalkan kamar kost Dinda dengan
tersenyum penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya dalam
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan lembaran
uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan
terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik
imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal
dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil
menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan
urusannya lagi


Adult | GO HOME | Exit
1/1180
U-ON

inc Powered by Xtgem.com